BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bakteriologi
merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan dan klasifikasi bakteri. Bakteriologi
dapat dikatakan juga sebagai biologi bakteri. Di dalamnya dipelajari struktur
anatomi sel bakteri, klasifikasi, cara kerja sel bakteri, interaksi antarsel
bakteri, dan juga tanggapan bakteri terhadap perubahan pada lingkungan
hidupnya. Bakteriologi merupakan satu bagian penting dalam mikrobiologi.
Bakteri berasal dari kata Latin
bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok terbanyak dari organisme
hidup. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari kita sering kali berinteraksi
dengan bakteri. Bakteri pertama kali ditemukan oleh Anthony van Leeuwenhoek pada 1674 dengan menggunakan mikroskop
buatannya sendiri.
Bakteri memiliki
nilai ekonomi penting dalam kehidupan manusia dan demikian pula bakteriologi.
Pengetahuan dalam cabang ilmu ini bermanfaat dalam pengobatan, higiene, ilmu pangan
dan gizi, pertanian, dan industri (terutama industri fermentasi).
Nanah adalah zat kental yang merupakan bagian dari respon
sistem kekebalan alami tubuh.. Hal ini paling sering keputihan-warna kuning,
meskipun mungkin juga kehijauan, kecoklatan, kemerahan, atau bahkan biru. Nanah
sering memiliki bau agak nekrotik, dan sering tanda infeksi saat ditemui di
luka.Ketika tubuh mendeteksi beberapa jenis infeksi asing, segera mulai respon
untuk menetralisir kerusakan penjajah dan membatasi ke sistem.
Media adalah suatu bahan atau susunan bahan yang terdiri
dari nutrisi atau zat-zat makanan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba
(bakteri). Media pertumbuhan atau pembiakan diperlukan untuk mempelajari sifat
bakteri untuk dapat mengadakan identifikasi, determinasi, atau diferensiasi
jenis-jenis yang ditemukan.
Medium pembiakan yang digunakan untuk mengembangbiakkan
bakteri di laboratorium dapat dibedakan menjadi tiga yaitu; medium pembiakan
dasar, medium pembiakan penyubur, medium pembiakan selektif, dan cara mendapatkan
biakan murni. Biakan murni adalah biakan yang hanya berisi 1 jenis bakteri.
Dalam pengisolasian bakteri ada beberapa macam cara yaitu;
cara pengenceran, cara penuangan, cara penggesekan atau penggoresan, cara
penyebaran, cara pengucilan 1 sel, dan cara inokulasi pada hewan.
Pengecatan bakteri sudah dilakukan sejak permulaan
berkembangnya mikrobiologi dipertengahan abad ke-19 oleh Louis Pasteur dan
Robert Koch. Pada umumnya, ada dua macam zat warna yang sering digunakan, yaitu
sebagai berikut:
1.
Zat
warna yang bersifat asam; komponen warnanya adalah anion, biasanya dalam bentuk
garam natrium.
2.
Zat
warna yang bersifat alkalis; dengan komponen warna kation, biasanya dalam
bentuk klorida.
Setelah dilakukan pengecatan maka di dalam tubuh bakteri
akan terjadi proses pertukaran ion-ion zat warna dengan ion-ion protoplasma
(misalnya asam nukleat) bakteri. Pada umumnya, larutan-larutan zat warna yang
digunakan adalah larutan encer, jarang lebih dari 1 %. Larutan encer yang
dibiarkan berkontak agak lama dengan bakteri bekerja lebih baik dari larutan
pekat dengan waktu yang singkat. Namun ada pewarnaan yang sering
dilakukan untuk identifikasi bakteri. Pewarnaan itu disebut, pewarnaan
gram. Pewarnaan gram merupakan pewarnaan differensial yang sangat berguna.
Karena Selain untuk melihat bentuk, pewarnaan ini juga bertujuan untuk
mengetahui sifat dari bakteri. Sehingga dengan pewarnaan ini, maka dapat
dibedakan antara bakteri Gram Positif dengan bakteri Gram negative.
B. Tujuan
1.
untuk
membuat media pertumbuhan pada bakteri
2.
untuk
melihat morfologi serta sifat bakteri dengan jalan isolasi bakteri dan
pewarnaan gram.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Klasifikasi
Streptococcus
pyogenes ialah bakteri Gram-positif
bentuk bundar yang tumbuhdalam rantai panjang dan merupakan penyebab infeksi
Streptococcus Grup A. Streptococcus
pyogenes menampakkan antigen grup A di dinding selnya dan beta-hemolisis
saat dikultur di plat agar darah. Streptococcus
pyogenes khas memproduksizona beta-hemolisis yang besar, gangguan eritrosit
sempurna dan pelepasan hemoglobin, sehingga kemudian disebut Streptococcus Grup A
(beta-hemolisis).Streptococcus bersifat katalase-negatif.
Klasifikasi ilmiah:
Genus: Streptococcus
Spesies: Streptococcus pyogenes
B. Morfologi
Streptococcus terdiri dari kokus
yang berdiameter 0,5 ± 1 µm. dalam bentuk rantaiyang khas, agak memanjang pada
arah sumbuh rantai. Streptococcus pathogen jika ditanam dalam perbenihan cair
atau padat.Streptococcus menyebabkan infeksi pada manusia adalah gram negative.
Pada perbenihan yang baru kuman positif gram, tetapi bila perbenihan telah
berumur beberapa hari dapat berubah menjadi negative gram. Tidak
membentuk spora, kecuali beberapa strain yang hidupnya saprofitik.
C. Sifat
Biologi
Umumnya streptococcus bersifat
anaerop fakultatif. Hanya beberapa jenis yang bersifat anaerop obligatif.
Pada perbenihan biasa pertumbuhannya kurang subur jika kedalamnya tidak
ditambahkan darah atau serum. Kuman ini tumbuh baik pada pH 7,4 -7,6, pada
suhu optimum 370C.Streptococcus pyogenes mudah tumbuh dalam semua
enriched media.
Untuk isolasi primer hanya di
pakai media yang mengandung darah lengkap serum atau transudat. Dalam lempeng
agar darah yang di inkubasi pada 370C setelah 18- 24 jam akan
streptococcus membentuk koloni kecil ke abu-abuan, bentuknya bulat,
pinggirannya rata, pada permukaan media, koloni tampak sebagai setitik
cairan.Streptococcus membentuk 2 macam koloni yaitu mucoid dan
glossy.Berdasarkan sifat hemolitiknya pada lempeng agar darah, kuman ini di
bagi dalam :
1)
Hemolisis
tipe alfa,( streptococcus viridians ) membentuk warna kehijau-hijauan dan
hemolisis sebagian pada koloninya.
2)
Hemolisis
tipe beta, ( streptococcus hemolyticus )membentuk zona bening disekeliling
koloninya
3)
Hemolisis
tipe gamma,( streptococcus anhemolyticus ) tidak memnyebabkanhemolisis.
D. Struktur
antigen
1.
Karbohidrat
C. zat ini terdapat dalam dinding sel dal oleh lancefield dipakai sebagai
dasar untuk membagi streptococcus dalm group-group spesifik dari A sampai
T.sifat khas dari karbohidrat C secara serologic di tunjukan oleh suatu amino segar.
2.
Protein
M. Protein ini ada hubungannya dengan vaktor virulensi kuman streptococcusgryp
A, kerjanya menghambat fagositosis./ terutama dihasilkan oleh kumandengan
koloni tipemukoid streptococcus.
3.
Substansi
Tantigen ini diperoleh dari dengan kuman dengan menggunakan
enzim proteolitik. antigen ini merangsang pembentukan agglutinin.
4.
Protein
R antigen R tipe 20 tahan terhadap tripsin tetapi tidak tahan pepsin dan
rusak secara perlahn lahan oleh asam dan pemanasan.
5.
Nucleoproteinekstrasi
streptococcus dengan basa lemah , menghasilkan suatu campuranyang terdiri
protein dan substansi P yang mungkin merupakan bagian dari badan sel
kuman.
6.
Bakteriofaga.
Krause dan McCarty berhasil menemukan bakeriofaga yang dapat melisiskantipe 1,
6, 12, 25 dan streptococcus hemolyticus grup C huan.
7.
Metabolit
bakteri
8.
Toksin
eritogenik toksin ini ntahan selama jam pada suhu 600C, tetapi
dalam air mendidihakan rusak dalam waktu 1 jam. toksin ini merupakan penyebab
terjadi rash pada febris scarlatina.
9.
Hemolisisin
vitro streptococcus dapat menyebabkan terjadinya hemolisi pada sel darahmerah
dalam berbagai taraf. Jika penghancuran sel darah merah terjadi secaralengkap
dengan disertai pelepasan hemoglobin, maka disebut beta hemolisis.Jika
penghancuran sel darah merah tidak menjadi secar lengkap dengandisertai
pembentukan pigmen hijau, maka disebut alfa hemolisis. Gammahemolisis
kadang-kadang dipakai untuk menunjukan kuman yang non hemolitik.
10.
NAdase
Enzim ini terutama dibuat oleh streptococcus grup A, C dan G.
11.
Streptokinase
Enzim ini kerjanya merubah plasminogen dalam serum menjadi plasmin,yaitu suatu
enzim proteolitik yang menghancurkan fibrin dan protein lainnya streptococcus.
12.
StreptodornaseEnzim
ini kerjanya memecah DNA, terutama dibuat oleh streptococcus grupA, C dan G.
13.
HialuronidaseEnzim
ini memecah asam hialuronat yang merupakan komponen penting dari bahan
dasar jaringan ikat. Ada beberapa jenis
streptococcus grup A yang dapat menghasilkan hialuronidase dalam cairan
perbenihan, jenis ini tidak membentuk selubung hialuronidase dibuat oleh
streptococcus grupo B dan G.
14.
Proteinase
Enzim ini diaktifkan oleh senyawa sulfhydryl pada pH 5,5 ± 6,5. Dalamsuasana dimana enzim dapat dihasilkan dengan
baik, justru secara langsung mengakibatkan kerusakan pada protein streptokinase
dan hialuronidase.
15.
Amylase.
Beberapa jenis streptococcus grup A membuat enzim ini dalam
perbenihanditambahkan plasma manusia, tepung kanji glikogen dan maltose.
16.
steraseenzim
ini juga dibuat oleh streptococcus grup A, terutama bekerja terhadap substrat
yang berupa beta naptil asetat.
17.
Koloni
bentuk L. Koloni ini dapat timbul secara spontan, tetapi koloni ini dapat pula
timbul jika kedalam perbenihan ditambahkan penisilin atau basitrasin.
AlergiAda beberapa penyelidikan yang
hasilnya dipakai sebagai dugaan bahwaalergi terhadap kuman streptococcus
ataupun produknya, mempunyai peranan penting dalam demam rheuma
glomerulonefritis.
E. Sumber
penularan
Streptococcus pyogenes
adalah penyebab banyak penyakit penting manusia mulai dari infeksi kulit ringan
dangkal sampai penyakit sistemik yang mengancam hidup. Infeksi biasanya dimulai
di tenggorokan atau kulit. Contoh ringan infeksi Streptococcus pyogenes yaitu sakit tekak ( “strep throat”) lokal
dan infeksi kulit (impetigo). Erysipelas dan cellulitis yang dicirikan dengan
penyebaran lateral Streptococcus pyogenes
di kedalaman lapisan kulit.
Infeksi
disebabkan oleh beberapa jenis Streptococcus
pyogenes yang dapat dikaitkan dengan rilis (jenis baru) toksin/racun
bakteri. Infeksi tenggorokan berhubungan dengan rilis ini dan mengakibatkan
juga penyakit demam berdarah. Infeksi toxigenic Streptococcus pyogenes lainnya dapat mengakibatkan streptococcal toxic shock syndrome,
yang dapat mengancam hidup.
F. Patogenitas
Infeksi streptococcus timbulnya
dapat dipengaruhi oleh bermacam-macam factor,antara lain sifat biologic kuman,
cara host memberikan respons dan port dentrekuman. Penyakit yng ditimbulkan
oleh kuman streptococcus dapat dibagi dalam beberapa katagori,sebagai
berikut:
Penyakit
yang terjadi karena infasi streptococcus beta hemolyticus grup A, yaitu:
§ Erysipelas
§ Pepsis puerpuralis
§ SepsisPenyakit yang terjadi karena
infeksi local streptococcus beta hemolitikus grupA.
§ Radang tenggoroka.
§ ImpentigoEndokartitis bakterialis.
§ Endokartitis bakterialis akuta
§ Endokartitis bakterialis subakuta Infeksi
lainnya. Berbagai macam streptococcus terutama enterococcus, merupakan penyebab
infeksi traktus urinalius. Streptococcus anaerop, normal dapat ditemukandalam
traktus genitalis wanita, dalam mulut dan dalam intestinum.Kuman inidapat
menimbulkan lesi supuratif. Infeksi yang demikian dapat terjadidalamluka,
endometritis postpartum, sehabis terjadi rupture dari suatu viscusabdominalis,
atau pada peradangan paru-paru yang kronis.
Penyakit paska infeksi streptococcus
beta hemoliticus grup A
§ Glomerulus nefritis akut.
§ Jantung rheuma.
G. Epidemiologi
1.
Sejumlah
kuman streptococcus misalnya, streptococcus viridians dan enterococcus, merupakan
sebagian dari flora normal pada tubuh manusia.
2.
Kuman-kuman
ini hanya akan menimbulkan penyakit jika terdapat diluar tempat-tempat di mana
mereka biasanya berada, misalnya pada katup jantung.Untuk mencegah
kemungkinan terjadinya hal itu, terutama pada sewaktu melakukan tindakan-tindakan
opratif pada traktus urinarius dimana sering menyebabkan terjadinya bakteremia
temporer, pemberian obat-obatan antibiotika sangat diperlukanuntuk mencegah
atau unutk pengobatan dini terhadap infeksi streptococcus beta hemolytikus grup
A pada penderita yang diketahui mempunyai kelainan katup jantung. Sumber
infeksi kuman streptococcus dapat berasal dari penderita atau carrier. Penularannya
terjadi secara droplet dari traktus respiratorius atau dari kulit.
3.
Cara
control terpenting adalah
- Pada penderita dengan infeksi
streptococcus grup A pada traktus respiratorius ataupun kulit harus diberikan
antibiotic secara intensif.
- Pada penderita yang pernah mendapat
serangan demam rheuma harus diberikan antibiotika dalam dosis profilaksis.
- Untuk mencegah penyebaran
streptococcus dapat dilakukan dengan cara mencegah pengotoran oleh debu,
ventilasi yang baik, ringan udara, sinar ultraviolet, dan pemakaian
aerosol.
H. Penyakit
yang ditimbulkan
Streptococcus pyogenes
juga dapat menyebabkan penyakit dalam bentuk Sindrom post-infectious
“non-pyogenic” (tidak terkait dengan multiplikasi bakteri lokal dan pembentukan
nanah). Komplikasi yang difasilitasi oleh kondisi autoimmun ini tergolong
jarang terjadi. Contoh dari komplikasi ini yaitu demam reumatik akut dan
post streptococcal glomerulonephritis. Kedua kondisi ini muncul beberapa minggu
setelah infeksi awal streptococcal. Demam reumatik ditandai dengan peradangan
pada sendi dan / atau jantung lalu berlanjut dengan sakit tekak.
Glomerulonephritis akut dan peradangan glomerulus pada ginjal dapat mengikuti
sakit tekak atau infeksi kulit.
I. Diagnosa
laboratorium
1.
Bahan
pemeriksaan laboratorium. Bahan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dengan cara
swabbing dari hidung atau tenggorokan atau langsung dari darah, pus, sputum,
likuor, serebrospinalis,eksudat dan urin.
2.
Pemeriksaan
lansung. Pemeriksaan langsung dari sputum seringkali hanya menemukan kokus
tunggal atau berpasangan, jarang ditemukan dalam bentuk rantai. Jika pada pemeriksaan
lansung terlihat adanya treptococcus tetapi tidak tumbuh dalam suatu
perbenihan, harus dipikirkan kemungkinan kumannya bersifat anaerob. Pemeriksaan
lensung dari usap tenggorokan kurang begitu bernilai, karena normal selalu
ditemukan adanya streptococcus viridians
di tempat ini.
3.
Perbenihan.
Bahan perbenihan ditanam pada lempeng agar darah, jika diduga
kumannya bersifat anaerob juga ditanam dalam perbenihan tioglikolat. Pada
lempeng agar darah streptococcus hemoliticus grup A akan tumbuh dalam beberapa
jam atau hari. Didalam perbenihan dari bahan darah atau kuman streptococcus
tumbuhnya dapat sangat lambat, jika diduga ada endokarditis perbenihan
dibiarkan diinkubasi1-2 minggu baru di buang.
J. Pengobatan
Antibiotik telah mengubah prognosis semua macam infksi
stertococcus secararadikal. Pengobatan yang dini dan teratur dengan antibiotika
pada umumnya memberikan penyembuhan. Streptococcus beta hemolyticus grup A yang
anaero jauh blebih resisten terhadap penisilin dari pada aerob.
sreptococcus umumnya rentan terhadap tetrasiklin dan kloramfenikol.
BAB III
METODE KERJA
A. Alat
Alat
yang digunakan pada percobaan ini:
1. Pengambilan sampel
a) Swab steril
b) Pot/tempat sampel
c) Label.
2. Isolasi
a)
Tabung
reaksi f) Ose
b)
Rak
tabung reaksi g) incubator
c)
Erlenmeyer h) Bunsen+kasa+kaki tiga.
d) Pipet tetes
e) kapas
3. Identifikasi
a)
Mikroskop d) ose
b)
Pipet
tetes e) objek glass
c)
Bunsen+kasa+kaki
tiga f) nall.
B. Bahan
Bahan
yang digunakan pada percobaan ini:
1. Pengambilan sampel
Sampel
yang digunakan adalah Nanah/pus.
2. Isolasi
a) Media pemupuk
1) BHIB
2) NA Tabung
3) NA Plate
b) Media isolasi
Blood
Agar Plate (BAP)
3. Identifikasi
a)
Media
IMVIC g) Gula-gula:
§ TSIA - glukosa
§ SIM -
Sukrosa
§ MR-VP - maltose
§ SCA -
Laktosa
b)
Urea h) KOH 40%
c)
CGV i) methyl red
d)
Lugol j) kovas
e)
Alcohol
96% k) α-naftol
f)
Safranin
C. Cara Isolasi dan Identifikasi
Hari I
1.
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.
Sampel nanah ditanam pada media BHIB.
3.
Inkubasi pada suhu 37oC 24 jam.
Hari II
1.
Koloni tersangka ditanam pada media Nutrient Agar
(NA) plate.
2.
Inkubasi pada suhu 37oC 24 jam.
Hari III
1.
Koloni yang dicurigai ditanam pada media Nurient
Agar (NA) tabung.
2.
Inkubasi pada suhu 37oC 24 jam.
Hari IV
1.
Specimen yang dicurigai ditanam pada media Blood
Agar Plate (BAP).
2.
Inkubasi 24 jam suhu 37oC.
Hari V
1.
Koloni tersangka streptococcus di Blood Agar Plate
dibuat preparat dan dicat gram dengan cara:
a) Disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan.
b) Dibebaskan objek Glass dari lemak
dengan melewatkan di atas nyala api.
c) Diteteskan NaCl 0,9% sedikit, di
atas Objek Glass.
d) Koloni Bakteri diambil dengan menggunakan
ose, ambillah secara acak. Dan leyakkan di atas Objek Glass.
e) Dibuat suspensi bakteri dengan
mencampur NaCl 0,9 % dengan koloni bakteri, hingga homogen.
f) Dikeringkan dan dilakukan fiksasi.
g) Dilakukan pewarnaan ,diawali dengan
menggunakan CGV selama 3-5 menit, kemudian bilas dengan air kran ( mengalir ).
h) Ditetesi lugol selama 45 detik
i) Didekolorisasi dengan alcohol selama
1-2 detik (dibilas).
j) Dilakukan pewarnaan kedua dengan
safranin selama 2-3 mrnit, kemudian dikeringkan.
k) Ditetesi sediaan dengan oil emersi.
Dan preparat siap diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif 100
kali.
2.
Kalau betul Gram (+) streptococcus, koloni yang sama
ditanam untuk dites di media IMVIC, gula-gula, dan Urea.
3.
Inkubasi 24 jam suhu 37oC.
Hari VI
Dibaca dan dicatat hasil penanaman pada hari V untuk menentukan diagnose.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Media
penyubur
a) BHIB
b)
Nutrient Agar
Tabung
c)
Nutrient Agar Plate
2. Pewarnaan
gram
Hasil
pewarnaan gram adalah Bakteri gram negatif (+) yaitu streptococcus gram positif
(+).
3. Isolasi
Blood Agar
Plate (BAP)
Hasil penanaman pada media Blood Agar Plate (BAP)
Ciri-ciri
koloni: Koloni
kecil-kecil, putih abu-abu, bulat, jernih, smooth, sedikit cembung, haemolytis
(ada zone jernih disekitar koloninya).
4. Uji identifikasi
Uji
Biokimia
§ Sulfur
Indol Motility (SIM)
Sulfur
Indol Motility (SIM) adalah media yang bersifat semi solid.
Sulfur
(S): ada endapan hitam pada bekas tusukan (+).
Indol (I):
ditambah 5 tetes indicator Covas. Terdapat cincin dipermukaan (+).
Motility
(M): tampak awan-awan pada bekas tusukan dan ada kekeruhan (menyebar)
dinyatakan(+)
§ Triple
Sugar Iron Agar (TSIA)
Triple sugar Iron Agar (TSIA) adalah media agar miring. Sifatnya
Alkali-acid, H2S (-) karena tidak ada endapan hitam pada bekas
tusukan, gas (+) terjadi pecahan pada media.
§ Simmon’s Citrat
Agar (SCA)
Simmon’s
Citrat Agar (SCA) adalah media agar miring. Hasilnya tidak ada perubahan warna
atau media tetap berwarna hijau (-).
§ Urea
Urea
merupakan media miring dan perubahannya yaitu warna media merah muda.
§ Methyl Red
Voges Proskauer (MR-VP)
Methyl Red (MR)
Merupakan
media cair. Methyl Red (MR): ditambahkan 5 tetes methyl red, media berwarna
merah berarti (+).
Voges Proskauer (VP)
Voges
Proskauer merupakan media cair. Ditambahkan 10 tetes KOH 40% dan15 tetes α-naftol diamkan 10
menit. Hasilnya negative karena tidak berubah warna.
§ Gula-gula
Hasil pada
media gula-gula yaitu glukosa, sukrosa, maltose,laktosa menunjukkan hasil (+),
terjadi kekeruhan dan adanya gelembung udara pada tabung durham.
B. Pembahasan
Media Pertumbuhan
Media adalah suatu bahan atau
susunan bahan yang terdiri dari nutrisi atau zat-zat makanan yang digunakan
untuk menumbuhkan mikroba (bakteri). Media pertumbuhan atau pembiakan diperlukan
untuk mempelajari sifat bakteri untuk dapat mengadakan identifikasi,
determinasi, atau diferensiasi jenis-jenis yang ditemukan.
Media pembiakan yang digunakan untuk
mengembangbiakkan bakteri di laboratorium dapat dibedakan menjadi tiga yaitu;
medium pembiakan dasar, medium pembiakan penyubur, medium pembiakan selektif,
dan cara mendapatkan biakan murni.
1.
Media
Pembiakan Dasar
Media pembiakan dasar adalah media
pembiakan sederhana yang mengandung zat-zat yang umum diperlukan oleh sebagian
besar mikroorganisme, dan dipakai juga sebagai komponen dasar untuk membuat
medium pembiakan lain.
2.
Media
Pembiakan Penyubur
Media ini dibuat dari media pebiakan
dasar dengan penambahan zat-zat lain untuk mempersubur pertumbuhan bakteri
tertentu, yang pada media pembiakan dasar tidak dapat tumbuh dengan baik. Untuk
keperluan ini ke dalam media pembiakan dasar sering ditambahkan darah, serum,
cairan tubuh, ekstrak hati, otak, dan sebagainya.
3.
Media
Pembiakan Selektif
Media pembiakan selektif digunakan
untuk menyeleksi bakteri yang diperlukan dari campuran dengan bakteri-bakteri
lain yang terdapat dalam bahan pemeriksaan. Dengan penambahan zat-zat tertentu
bakteri yang dicari dapat dipisahkan dengan mudah. Media pembiakan ini
berdasrkan pada sifat kerjanya, dapat dibedakan dalam:
Medium pembiakan selektif dalam
pemakaiannya diberi bermacam-macam bentuk yang sesuai dengan tujuannya, yaitu
sebagai berikut:
a) Bentuk media cair; Pada media cair,
bahan-bahan gizi dilarutkan dalam air sehingga pertumbuhan bakteri ditandai
dengan perubahan warna media menjadi keruh, semakin banyak bakteri tumbuh akan
semakin keruh larutan.
b) Bentuk media padat; Media padat
dibuat dengan penambahan bahan pengeras (agar-agar atau gelatin) pada campuran
bahan gizi dan air. Biasanya digunakan agarosa yang memiliki sifat cair pada
suhu ≥ 95⁰C tetapi berbentuk padat pada suhu
dibawah 50⁰C. Dengan kondisi inkubasi yang
sesuai bakteri dapat tumbuh dan berkembang dalam jumlah yang banyak sehingga
dapat dilihat tanpa menggunakan mikroskop (koloni). Pertumbuhan bakteri
membentuk kelompok yang terdiri dari satu jenis bakteri yang disebut koloni,
dengan kata lain dalam satu koloni adalah bakteri yang sama genus dan
spesiesnya memiliki karakteristik gen dan fenotip yang sama. Pembiakan bakteri
yang terdiri dari satu macam koloni yang seragam disebut dengan pembiakan
murni.
Berikut
bentuk-bentuk media padat:
o
Bentuk
lempeng, dibekukan dalam pinggan petri.
o
Bentuk
miring, dibekukan dalam keadaan miring dalam tabung.
o
Bentuk
tegak, dibekukan dalam keadaan tegak dalam tabung. Bila konsentrasi agarnya
dikurangi menjadi ½-¼ % menjadi medium setengah padat yang digunakan untuk
pemeriksaan gerak bakteri.
4.
Cara
Mendapatkan Biakan Murni
Untuk menegakkan diagnosis bakteriologis sebaiknya biakan
bakteri berada dalam keadaan murni atau tidak tercampur dengan bakteri-bakteri
lain. Biakan murni diperlukan untuk mempelajari cirri-ciri koloni, sifat-sifat
biokimia, morfologi, reaksi pengecatan, reaksi imunologi, dan kerentanan
bakteri terhadap zat antibakteri.
Isolasi Bakteri
Di alam populasi
mikroba tidak terpisah sendiri menurut jenisnya, tetapi terdiri dari campuran
berbagai macam sel. Oleh karena itu, dalam mempelajarinya, bakteri harus
diambil dari alam lalu diisolasikan dalam suatu biakan murni. Di dalam
laboratorium populasi bakteri ini dapat diisolasi menjadi kultur murni yang
terdiri dari satu jenis yang dapat dipelajari morfologi, sifat dan kemampuan
biokimiawinya. Biakan murni adalah biakan yang hanya berisi 1 jenis bakteri.
Ada berbagai
cara untuk mengisolasi bakteri dalam biakan murni yaitu, cara pengenceran, cara
penuangan, cara penggesekan atau penggoresan, cara penyebaran, cara pengucilan
1 sel, dan cara inokulasi pada hewan. Masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan.
Cara Penggoresan
Cara
penggoresan bertujuan bertujuan untuk mengisolasi mikroorganisme dari
campurannya atau meremajakan kultur ke dalam medium baru. Isolasi bakteri
dengan cara ini terbagi menjadi tiga yaitu goresan sinambung, goresan T,
goresan kuadran (streak quadrant). Tapi yang digunakan yaitu goresan
T dengan cara:
Bagi cawan menjadi 3 bagian
menggunakan spidol marker.
-
Ambil 1 ose suspensi bahan yang mengandung bakteri
atau campuran bakteri secara aseptik.
-
Inokulasi
daerah 1 dengan streak zig-zag
-
Panaskan
ose dan tunggu dingin, kemudian lanjutkan streak zig-zag pada daerah 2 (streak
pada gambar). Cawan diputar untuk memperoleh goresan yang sempurna
-
Lakukan
hal yang sama pada daerah 3.
Media isolasi
yang digunakan yaitu Blood Agar Plate (BAP). Ciri-ciri koloni yang didapat pada
media tersebut adalah Koloni kecil-kecil, putih abu-abu, bulat,
jernih, smooth, sedikit cembung, haemolytis (ada zone jernih disekitar
koloninya).
Pewarnaan Gram
Pengecatan gram
pertama kali dikemukakan oleh Christian Gram (1884). Dengan pengecatan ini film
bakteri mula-mula dilapisi dengan larutan zat warna CGV dan didiamkan beberapa
lama, kemudian disiram dengan larutan iodium dan dibiarkan terendam dalam waktu
yang sama. Sampai tingkat pengecatan ini selesai, semua bakteri akan berwarna ungu.
Selanjutnya,
preparat didekolorisasi dengan alcohol atau campuran alcohol dan aseton sampai
semua zat warna tampak luntur dari film. Setelah dicuci dengan air, preparat
diberi warna kotras (counterstain) seperti safranin, karbolfucsin encer, air
fuchsin, tengguli Bismack, atau pironin B.
Diantara
bermacam-macam bakteri yang dicat, ada yang dapat menahan zat warna ungu (CGV) dalam tubuhnya meskipun
telah didekolorisasi dengan alcohol atau aseton. Dengan demikian tubuh bakteri
itu tetap berwarna ungu meskipun disertai dengan pengecatan oleh zat warna
kontras, warna ungu itu tetap
dipertahankan. Bakteri yang member reaksi semacam ini disebut bakteri Gram
Positif. Sebaliknya, bakteri yang memberi tidak dapat menahan zat warna
setelah dekolorisasi dengan alcohol akan kembali menjadi tidak berwarna
dan bila diberikan pengecatan dengan zat warna kontras, akan berwarana sesuai
dengan zat warna kontras (air Fuchsin berwarna merah). Bakteri yang memperlihatkan reaksi semacam ini dinamakan bakteri
Gram Negatif.
v Pewarnaan
:
Pewarnaan Gram dilakukan untuk
mengetahui apakah bakteri bersifat Gram positif atau Gram negatif. Hasil
dari pewarnaan Gram yang telah dilakukan terlihat bahwa bakteri berwarna biru.
Hal ini menandakan bahwa bakteri tersebut bersifat Gram positif. Pada
pewarnaan Gram bakteri terlihat berbentuk streptococcus gram positif dan
berwarna biru.
Bakteri Gram positif akan berwarna
biru, hal ini dikarenakan oleh bakteri mempunyai lapisan dinding sel yang kaku
dengan lapisan peptidoglikanyang terdiri dari 30 lapisan. Permeabilitas dinding
sel bakteri gram positif yang rendah mengakibatkan kompleks ungu Kristal-yodium
(UKY) tidak dapat keluar setelah pencucian dengan alkohol. Kandungan lipid Gram
positif yang rendah, maka dinding selnya akan terhidrasi akibat pemberian
alkohol, sehingga pori-pori mengecil, permeabilitas berkurang dan komplek UK-Y
tidak dapat terekstraksi, sedangkan
Bakteri Gram negatif akan
terlihat berwarna merah, hal ini dikarnakan oleh bakteri Gram negatif mempunyai
lapisan peptidoglikan yang tipis, yaitu hanya 1-2 lapisan. Oleh sebab itu, maka
pori-pori pada dinding sel Gram negatif cukup besar dan karena permeabilitasnya
yang tinggi memungkinkan terjadinya pelepasan komplek ungu kristal yodium.
Dalam proses pewarnaan Gram, pencucian dengan alkohol akan menyebabkan
terekstrasinya lipid pada bakteri Gram negatif. Hal ini menyebabkan komplek
ungu kristal yodium yang telah memasuki dinding sel pada langkah awal pewarnaan
dapat terekstraksi.
Identifikasi bakteri
Proses identifikasi bakteri dapat perupa pengecatan,
penanaman pada media plate, dan uji bio kimia. Salah satu tujuan pengecatan
bakteri untuk mengetahui bentuk morfologi bakteri namun pada pengecatan belum
bisa pastikan spesiesnya karena spesies yang berbeda bentuk morfologinya bisa
sama. Penanaman pada media plate bertujuan untuk melakukan isolasi dan dari
penanaman dapat diketahui bentuk koloni.
Media diferensial adalah media
yang mengandung suatu bahan yang dapat membedakan jenis bakteri satu dengan
lainnya berdasarkan sifat biokimia/hasil reaksinya terhadap bahan dalam media
tersebut. Media ini digunakan oleh ahli mikrobiologi untuk mengidentifikasi jenis
bakteri tertentu.
v Media
Differensial dan Uji Biokimia :
·
Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
Pada
pengamatan, terlihat lereng yang berwarna merah sedangkan dasarnya berwarna
kuning (alkali-acid). Hal ini menandakan bakteri yang tumbuh pada media ini
hanya mampu memfermentasi glukosa (bagian dasar) dan tidak mampu memfermentasi
laktosa dan sukrosa (bagian lereng).
Pada media TSIA, hasil positif juga
dapat ditunjukkan dengan perubahan warna media TSIA menjadi warna hitam.
Perubahan ini menandakan bahwa bakteri yang terdapat pada media TSIA tersebut
menghasilkan gas H2S.
·
Simmon’s Citrat Agar (SCA)
Uji Simmon’s Citrat Agar
digunakan untuk melihat kemampuan mikroorganisme menggunakan citrat sebagai
satu-satunya sumber karbon dan energi. Media ini merupakan medium sintetik
dengan NA citrat sebagai satu-satunya sumber karbon, NHA+ sebagai
sumber N dan Brom Thymol Blue sebagai indikator pH. Pada uji ini
menunjukkan reaksi negative. Hal ini ditandai dengan tidak adanya perubahan
warna media dari hijau tetap hijau. Ini karena dasar dari medium tidak mampu
dihilangkan sehingga tidak terjadi peningkatan pH yang nantinya akan menambah
warna media dari hijau menjadi biru bila keadaan menjadi alkalin.
·
Sulfur Indol Motility (SIM) :
-
S (sulfur). Adanya sulfur dapat dilihat
ketika media berubah menjadi hitam. Namun pada hasil pertumbuhan bakteri pada
media ini, terjadi perubahan warna tersebut. Hal ini menandakan bakteri yang
tumbuh mampu mendesulfurasi cysteine yang terkandung dalam media SIM.
-
I (indol). Reaksi indol hanya bisa dilihat
ketika pertumbuhan bakteri pada media ini ditambahkan dengan reagen Covac’s.
Indol dikatakan positif jika terdapat cincin merah pada permukaannya. Warna
merah dihasilkan dari resindol yang merupakan hasil reaksi dari asam amino
tryptopan menjadi indol dengan penambahan Covac's. Bakteri yang mampu
menghasilkan indol menandakan bakteri tersebut menggunakan asam amino tryptopan
sebagai sumber carbon. Pada hasil pengamatan diperoleh Indol positif sehingga
dapat disimpulkan bakteri yang tumbuh menggunakan asam amino tryptopan sebagai
sumber carbonnya.
-
M (motility). Pergerakan bakteri dapat
terlihat pada media ini berupa berkas putih di sekitar tusukan. Adanya
pergerakan ini bisa dilihat karena media SIM merupakan media yang semi solid.
Pada hasil pengamatan diperoleh motility positif. Hal ini menandakan bakteri
mempunyai alat gerak dalam proses pertumbuhannya.
·
MR-VP
Uji MR yang telah dilakukan, diperoleh hasil yang positif
yaitu ditandai dengan terjadinya perubahan warna indikator menjadi merah. Genus
bakteri seperti bakteri Escherichia, Salmonella, proteus dan Aeromonas mampu
mempermentasikan glukosa dan menghasilkan banyak sekali asam laktat, asetat,
suksina dan format di samping CO2, H2 dan etanol.
Akumulasi asam-asam ini menurunkan pH sampai 5,0 atau kurang. Bila indikator
merah metil ditambahkan pada biakan tersebut dengan pH serendah itu, maka
indikator tersebut menjadi merah. Hal ini manandakan bahwa organisme yang
bersangkutan adalah peragi asam campuran (mixed acid fermenter).
MR (Methyl Red)
Setelah ditambahkan
dengan indicator metil red, media berubah menjadi merah (positif). Berarti
terjadi fermentasi asam campuran (asam laktat, asam asetat, dan asam formiat)
oleh bakteri.
VP (Voges Proskauer)
Setelah ditambahkan
dengan KOH 40% 10 tetes dan 15 tetes
α-naftol diamkan 15 menit, media tidak berubah.
·
Gula-gula
Media ini berfungsi untuk melihat kemampuan bakteri memfermentasikan jenis karbohidrat, jika terjadi fermentasi maka media terlihat berwarna kuning kerena perubahan pH menjadi asam.
Media ini berfungsi untuk melihat kemampuan bakteri memfermentasikan jenis karbohidrat, jika terjadi fermentasi maka media terlihat berwarna kuning kerena perubahan pH menjadi asam.
Uji gula-gula dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri yang
mampu mempermentasi karbohidrat. Pada uji glukosa, maltosa tidak terjadi perubahan
warna, tetapi terlihat adanya pembentukan gelembung gas. Pada uji laktosa dan
sukrosa memperlihatkan hasil yang positif yaitu terjadinya perubahan warna dan
terlihat adanya pembentukan gelembung gas pada tabung Durham. Perubahan warna
yang terjadi menandakan bahwa bakteri ini membentuk asam dari fermentasi
glukosa. Pembentukan gelembung gas yang terjadi pada tabung Durham disebabkan
oleh adanya reaksi fermentasi karbohidrat.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Media adalah suatu bahan atau susunan
bahan yang terdiri dari nutrisi (zat-zat makanan) yang digunakan untuk
menumbuhkan bakteri. Penanaman dan isolasi bakteri pada media dilakukan
bertujuan untuk memudahkan dalam mempelajari morfologi, sifat dan kemampuan
biokimiawinya. Merapatkan goresan pada saat memulai penggoresan bertujuan agar
dapat menghasilkan koloni bakteri yang tidak menumpuk. Pewarnaan gram dlakukan
untuk menentukan morfologi dan sifat dari bakteri yang di ambil dari koloni
bakteri.
Proses identifikasi bakteri dapat
perupa pengecatan, penanaman pada media plate, dan uji bio kimia. Salah satu
tujuan pengecatan bakteri untuk mengetahui bentuk morfologi bakteri namun pada
pengecatan belum bisa pastikan spesiesnya karena spesies yang berbeda bentuk
morfologinya bisa sama. Penanaman pada media plate bertujuan untuk melakukan
isolasi dan dari penanaman dapat diketahui bentuk koloni.
Media diferensial adalah media
yang mengandung suatu bahan yang dapat membedakan jenis bakteri satu dengan
lainnya berdasarkan sifat biokimia/hasil reaksinya terhadap bahan dalam media
tersebut. Media ini digunakan oleh ahli mikrobiologi untuk mengidentifikasi
jenis bakteri tertentu.
B. SARAN
Adapun
saran yang ingin disampaikan praktikan melalui laporan adalah sebagai berikut :
1.
Diharapkan
didalam praktikum,praktikan harus menggunakan APD lengkap.
2.
Menggunakan
alat-alat yang steril dan bersih.
3.
Memperhatikan
reagen yang akan digunakan.masih dapat diguanakan atau suadah rusak.
4.
Menghindari
terjadinya kontaminasi.
5.
Mengikuti
aturan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar