Jumat, 15 Juni 2012

Laporan Bakteriologi

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Bakteriologi merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan dan klasifikasi bakteri. Bakteriologi dapat dikatakan juga sebagai biologi bakteri. Di dalamnya dipelajari struktur anatomi sel bakteri, klasifikasi, cara kerja sel bakteri, interaksi antarsel bakteri, dan juga tanggapan bakteri terhadap perubahan pada lingkungan hidupnya. Bakteriologi merupakan satu bagian penting dalam mikrobiologi.
Bakteri  berasal dari kata Latin bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok terbanyak dari organisme hidup. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari kita sering kali berinteraksi dengan bakteri. Bakteri pertama kali ditemukan oleh Anthony van Leeuwenhoek pada 1674 dengan menggunakan mikroskop buatannya sendiri.
Bakteri memiliki nilai ekonomi penting dalam kehidupan manusia dan demikian pula bakteriologi. Pengetahuan dalam cabang ilmu ini bermanfaat dalam pengobatan, higiene, ilmu pangan dan gizi, pertanian, dan industri (terutama industri fermentasi).
Nanah adalah zat kental yang merupakan bagian dari respon sistem kekebalan alami tubuh.. Hal ini paling sering keputihan-warna kuning, meskipun mungkin juga kehijauan, kecoklatan, kemerahan, atau bahkan biru. Nanah sering memiliki bau agak nekrotik, dan sering tanda infeksi saat ditemui di luka.Ketika tubuh mendeteksi beberapa jenis infeksi asing, segera mulai respon untuk menetralisir kerusakan penjajah dan membatasi ke sistem.
Media adalah suatu bahan atau susunan bahan yang terdiri dari nutrisi atau zat-zat makanan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba (bakteri). Media pertumbuhan atau pembiakan diperlukan untuk mempelajari sifat bakteri untuk dapat mengadakan identifikasi, determinasi, atau diferensiasi jenis-jenis yang ditemukan.
Medium pembiakan yang digunakan untuk mengembangbiakkan bakteri di laboratorium dapat dibedakan menjadi tiga yaitu; medium pembiakan dasar, medium pembiakan penyubur, medium pembiakan selektif, dan cara mendapatkan biakan murni. Biakan murni adalah biakan yang hanya berisi 1 jenis bakteri.
Dalam pengisolasian bakteri ada beberapa macam cara yaitu; cara pengenceran, cara penuangan, cara penggesekan atau penggoresan, cara penyebaran, cara pengucilan 1 sel, dan cara inokulasi pada hewan.
Pengecatan bakteri sudah dilakukan sejak permulaan berkembangnya mikrobiologi dipertengahan abad ke-19 oleh Louis Pasteur dan Robert Koch. Pada umumnya, ada dua macam zat warna yang sering digunakan, yaitu sebagai berikut:
1.    Zat warna yang bersifat asam; komponen warnanya adalah anion, biasanya dalam bentuk garam natrium.
2.    Zat warna yang bersifat alkalis; dengan komponen warna kation, biasanya dalam bentuk klorida.
Setelah dilakukan pengecatan maka di dalam tubuh bakteri akan terjadi proses pertukaran ion-ion zat warna dengan ion-ion protoplasma (misalnya asam nukleat) bakteri. Pada umumnya, larutan-larutan zat warna yang digunakan adalah larutan encer, jarang lebih dari 1 %. Larutan encer yang dibiarkan berkontak agak lama dengan bakteri bekerja lebih baik dari larutan pekat dengan waktu yang singkat. Namun ada pewarnaan yang sering dilakukan  untuk identifikasi bakteri. Pewarnaan itu disebut, pewarnaan gram. Pewarnaan gram merupakan pewarnaan differensial yang sangat berguna. Karena Selain untuk melihat bentuk, pewarnaan ini juga bertujuan untuk mengetahui sifat dari bakteri. Sehingga dengan pewarnaan ini, maka dapat dibedakan antara bakteri Gram Positif  dengan bakteri Gram negative.
B.   Tujuan
1.    untuk membuat media pertumbuhan pada bakteri
2.    untuk melihat morfologi serta sifat bakteri dengan jalan isolasi bakteri dan pewarnaan gram.



 


 

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.   Klasifikasi
Streptococcus pyogenes ialah bakteri Gram-positif bentuk bundar yang tumbuhdalam rantai panjang dan merupakan penyebab infeksi Streptococcus Grup A. Streptococcus pyogenes menampakkan antigen grup A di dinding selnya dan beta-hemolisis saat dikultur di plat agar darah. Streptococcus pyogenes khas memproduksizona beta-hemolisis yang besar, gangguan eritrosit sempurna dan pelepasan hemoglobin, sehingga kemudian disebut Streptococcus Grup A (beta-hemolisis).Streptococcus bersifat katalase-negatif.
Klasifikasi ilmiah:
Kerajaan: Bacteria
Filum: Fermicutes
Kelas: Bacillis
Ordo: Lactobacillaces
Famili: Streptococcaceae
Genus: Streptococcus
Spesies: Streptococcus pyogenes
B.   Morfologi
Streptococcus terdiri dari kokus yang berdiameter 0,5 ± 1 µm. dalam bentuk rantaiyang khas, agak memanjang pada arah sumbuh rantai. Streptococcus pathogen jika ditanam dalam perbenihan cair atau padat.Streptococcus menyebabkan infeksi pada manusia adalah gram negative. Pada perbenihan yang baru kuman positif gram, tetapi bila perbenihan telah berumur  beberapa hari dapat berubah menjadi negative gram. Tidak membentuk spora, kecuali beberapa strain yang hidupnya saprofitik.
C.   Sifat Biologi
Umumnya streptococcus bersifat anaerop fakultatif. Hanya beberapa jenis yang bersifat anaerop obligatif. Pada perbenihan biasa pertumbuhannya kurang subur jika kedalamnya tidak ditambahkan darah atau serum. Kuman ini tumbuh baik pada pH 7,4 -7,6, pada suhu optimum 370C.Streptococcus pyogenes mudah tumbuh dalam semua enriched media.
Untuk isolasi primer hanya di pakai media yang mengandung darah lengkap serum atau transudat. Dalam lempeng agar darah yang di inkubasi pada 370C setelah 18- 24 jam akan streptococcus membentuk koloni kecil ke abu-abuan, bentuknya bulat, pinggirannya rata, pada permukaan media, koloni tampak sebagai setitik cairan.Streptococcus membentuk 2 macam koloni yaitu mucoid dan glossy.Berdasarkan sifat hemolitiknya pada lempeng agar darah, kuman ini di bagi dalam :
1)    Hemolisis tipe alfa,( streptococcus viridians ) membentuk warna kehijau-hijauan dan hemolisis sebagian pada koloninya.
2)    Hemolisis tipe beta, ( streptococcus hemolyticus )membentuk zona bening disekeliling koloninya
3)    Hemolisis tipe gamma,( streptococcus anhemolyticus ) tidak memnyebabkanhemolisis.
D.   Struktur antigen
1.    Karbohidrat C. zat ini terdapat dalam dinding sel dal oleh lancefield dipakai sebagai dasar untuk membagi streptococcus dalm group-group spesifik dari A sampai T.sifat khas dari karbohidrat C secara serologic di tunjukan oleh suatu amino segar.
2.    Protein M. Protein ini ada hubungannya dengan vaktor virulensi kuman streptococcusgryp A, kerjanya menghambat fagositosis./ terutama dihasilkan oleh kumandengan koloni tipemukoid streptococcus.
3.    Substansi Tantigen ini diperoleh dari dengan kuman dengan menggunakan enzim proteolitik. antigen ini merangsang pembentukan agglutinin.
4.    Protein R antigen R tipe 20 tahan terhadap tripsin tetapi tidak tahan pepsin dan rusak secara perlahn lahan oleh asam dan pemanasan.
5.    Nucleoproteinekstrasi streptococcus dengan basa lemah , menghasilkan suatu campuranyang terdiri protein dan substansi P yang mungkin merupakan bagian dari badan sel kuman.
6.    Bakteriofaga. Krause dan McCarty berhasil menemukan bakeriofaga yang dapat melisiskantipe 1, 6, 12, 25 dan streptococcus hemolyticus grup C huan.
7.    Metabolit bakteri
8.    Toksin eritogenik toksin ini ntahan selama jam pada suhu 600C, tetapi dalam air mendidihakan rusak dalam waktu 1 jam. toksin ini merupakan penyebab terjadi rash pada febris scarlatina.
9.    Hemolisisin vitro streptococcus dapat menyebabkan terjadinya hemolisi pada sel darahmerah dalam berbagai taraf. Jika penghancuran sel darah merah terjadi secaralengkap dengan disertai pelepasan hemoglobin, maka disebut beta hemolisis.Jika penghancuran sel darah merah tidak menjadi secar lengkap dengandisertai pembentukan pigmen hijau, maka disebut alfa hemolisis. Gammahemolisis kadang-kadang dipakai untuk menunjukan kuman yang non hemolitik.
10. NAdase Enzim ini terutama dibuat oleh streptococcus grup A, C dan G.
11. Streptokinase Enzim ini kerjanya merubah plasminogen dalam serum menjadi plasmin,yaitu suatu enzim proteolitik yang menghancurkan fibrin dan protein lainnya streptococcus.
12. StreptodornaseEnzim ini kerjanya memecah DNA, terutama dibuat oleh streptococcus grupA, C dan G.
13. HialuronidaseEnzim ini memecah asam hialuronat yang merupakan komponen penting dari bahan dasar jaringan  ikat. Ada beberapa jenis streptococcus grup A yang dapat menghasilkan hialuronidase dalam cairan perbenihan, jenis ini tidak membentuk selubung hialuronidase dibuat oleh streptococcus grupo B dan G.
14. Proteinase Enzim ini diaktifkan oleh senyawa sulfhydryl pada pH 5,5 ± 6,5. Dalamsuasana dimana enzim dapat dihasilkan dengan baik, justru secara langsung mengakibatkan kerusakan pada protein streptokinase dan hialuronidase.
15. Amylase. Beberapa jenis streptococcus grup A membuat enzim ini dalam perbenihanditambahkan plasma manusia, tepung kanji glikogen dan maltose.
16. steraseenzim ini juga dibuat oleh streptococcus grup A, terutama bekerja terhadap substrat yang berupa beta naptil asetat.
17. Koloni bentuk L. Koloni ini dapat timbul secara spontan, tetapi koloni ini dapat pula timbul jika kedalam perbenihan ditambahkan penisilin atau basitrasin.
AlergiAda beberapa penyelidikan yang hasilnya dipakai sebagai dugaan bahwaalergi terhadap kuman streptococcus ataupun produknya, mempunyai peranan penting dalam demam rheuma glomerulonefritis.


E.   Sumber penularan
Streptococcus pyogenes adalah penyebab banyak penyakit penting manusia mulai dari infeksi kulit ringan dangkal sampai penyakit sistemik yang mengancam hidup. Infeksi biasanya dimulai di tenggorokan atau kulit. Contoh ringan infeksi Streptococcus pyogenes yaitu sakit tekak ( “strep throat”) lokal dan infeksi kulit (impetigo). Erysipelas dan cellulitis yang dicirikan dengan penyebaran lateral Streptococcus pyogenes di kedalaman lapisan kulit.
Infeksi  disebabkan oleh beberapa jenis Streptococcus pyogenes yang dapat dikaitkan dengan rilis (jenis baru) toksin/racun bakteri. Infeksi tenggorokan berhubungan dengan rilis ini dan mengakibatkan juga penyakit demam berdarah. Infeksi toxigenic Streptococcus pyogenes lainnya dapat mengakibatkan streptococcal toxic shock syndrome, yang dapat mengancam hidup.
F.    Patogenitas
Infeksi streptococcus timbulnya dapat dipengaruhi oleh bermacam-macam factor,antara lain sifat biologic kuman, cara host memberikan respons dan port dentrekuman. Penyakit yng ditimbulkan oleh kuman streptococcus dapat dibagi dalam beberapa katagori,sebagai berikut:
Penyakit yang terjadi karena infasi streptococcus beta hemolyticus grup A, yaitu:
§  Erysipelas
§  Pepsis puerpuralis
§  SepsisPenyakit yang terjadi karena infeksi local streptococcus beta hemolitikus grupA.
§  Radang tenggoroka.
§  ImpentigoEndokartitis bakterialis.
§  Endokartitis bakterialis akuta
§  Endokartitis bakterialis subakuta Infeksi lainnya. Berbagai macam streptococcus terutama enterococcus, merupakan penyebab infeksi traktus urinalius. Streptococcus anaerop, normal dapat ditemukandalam traktus genitalis wanita, dalam mulut dan dalam intestinum.Kuman inidapat menimbulkan lesi supuratif. Infeksi yang demikian dapat terjadidalamluka, endometritis postpartum, sehabis terjadi rupture dari suatu viscusabdominalis, atau pada peradangan paru-paru yang kronis.
Penyakit paska infeksi streptococcus beta hemoliticus grup A
§  Glomerulus nefritis akut.
§  Jantung rheuma.
G.   Epidemiologi
1.    Sejumlah kuman streptococcus misalnya, streptococcus viridians dan enterococcus, merupakan sebagian dari flora normal pada tubuh manusia.
2.    Kuman-kuman ini hanya akan menimbulkan penyakit jika terdapat diluar tempat-tempat di mana mereka biasanya berada, misalnya pada katup jantung.Untuk mencegah kemungkinan terjadinya hal itu, terutama pada sewaktu melakukan tindakan-tindakan opratif pada traktus urinarius dimana sering menyebabkan terjadinya bakteremia temporer, pemberian obat-obatan antibiotika sangat diperlukanuntuk mencegah atau unutk pengobatan dini terhadap infeksi streptococcus beta hemolytikus grup A pada penderita yang diketahui mempunyai kelainan katup jantung. Sumber infeksi kuman streptococcus dapat berasal dari penderita atau carrier. Penularannya terjadi secara droplet dari traktus respiratorius atau dari kulit.
3.    Cara control terpenting adalah
-       Pada penderita dengan infeksi streptococcus grup A pada traktus respiratorius ataupun kulit harus diberikan antibiotic secara intensif.
-       Pada penderita yang pernah mendapat serangan demam rheuma harus diberikan antibiotika dalam dosis profilaksis.
-       Untuk mencegah penyebaran streptococcus dapat dilakukan dengan cara mencegah pengotoran oleh debu, ventilasi yang baik, ringan udara, sinar ultraviolet, dan pemakaian aerosol.
H.   Penyakit yang ditimbulkan
Streptococcus pyogenes juga dapat menyebabkan penyakit dalam bentuk Sindrom post-infectious “non-pyogenic” (tidak terkait dengan multiplikasi bakteri lokal dan pembentukan nanah). Komplikasi yang difasilitasi oleh kondisi autoimmun ini tergolong jarang terjadi.  Contoh dari komplikasi ini yaitu demam reumatik akut dan post streptococcal glomerulonephritis. Kedua kondisi ini muncul beberapa minggu setelah infeksi awal streptococcal. Demam reumatik ditandai dengan peradangan pada sendi dan / atau jantung lalu berlanjut dengan sakit tekak. Glomerulonephritis akut dan peradangan glomerulus pada ginjal dapat mengikuti sakit tekak atau infeksi kulit.
I.      Diagnosa laboratorium
1.    Bahan pemeriksaan laboratorium. Bahan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dengan cara swabbing dari hidung atau tenggorokan atau langsung dari darah, pus, sputum, likuor, serebrospinalis,eksudat dan urin.
2.    Pemeriksaan lansung. Pemeriksaan langsung dari sputum seringkali hanya menemukan kokus tunggal atau berpasangan, jarang ditemukan dalam bentuk rantai. Jika pada pemeriksaan lansung terlihat adanya treptococcus tetapi tidak tumbuh dalam suatu perbenihan, harus dipikirkan kemungkinan kumannya bersifat anaerob. Pemeriksaan lensung dari usap tenggorokan kurang begitu bernilai, karena normal selalu ditemukan adanya streptococcus viridians di tempat ini.
3.    Perbenihan. Bahan perbenihan ditanam pada lempeng agar darah, jika diduga kumannya bersifat anaerob juga ditanam dalam perbenihan tioglikolat. Pada lempeng agar darah streptococcus hemoliticus grup A akan tumbuh dalam beberapa jam atau hari. Didalam perbenihan dari bahan darah atau kuman streptococcus tumbuhnya dapat sangat lambat, jika diduga ada endokarditis perbenihan dibiarkan diinkubasi1-2 minggu baru di buang.
J.    Pengobatan
Antibiotik telah mengubah prognosis semua macam infksi stertococcus secararadikal. Pengobatan yang dini dan teratur dengan antibiotika pada umumnya memberikan penyembuhan. Streptococcus beta hemolyticus grup A yang anaero jauh blebih resisten terhadap penisilin dari pada aerob. sreptococcus umumnya rentan terhadap tetrasiklin dan kloramfenikol.


BAB III
METODE KERJA
A.   Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini:
1.    Pengambilan sampel
a)    Swab steril
b)    Pot/tempat sampel
c)    Label.
2.    Isolasi
a)    Tabung reaksi                            f)    Ose
b)    Rak tabung reaksi                     g)   incubator
c)    Erlenmeyer                                 h)  Bunsen+kasa+kaki tiga.
d)    Pipet tetes
e)    kapas
3.    Identifikasi
a)    Mikroskop                                    d)   ose
b)    Pipet tetes                                   e)   objek glass
c)    Bunsen+kasa+kaki tiga            f)    nall.
B.   Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini:
1.    Pengambilan sampel
Sampel yang digunakan adalah Nanah/pus.

2.    Isolasi
a)    Media pemupuk
1)    BHIB
2)    NA Tabung
3)    NA Plate
b)    Media isolasi
Blood Agar Plate (BAP)
3.    Identifikasi
a)    Media IMVIC                               g)   Gula-gula:
§  TSIA                                             - glukosa
§  SIM                                               - Sukrosa
§  MR-VP                                         - maltose
§  SCA                                              - Laktosa
b)    Urea                                             h)  KOH 40%
c)    CGV                                             i)    methyl red
d)    Lugol                                            j)    kovas
e)    Alcohol 96%                               k)   α-naftol
f)     Safranin
C.   Cara Isolasi dan Identifikasi
Hari I
1.    Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.    Sampel nanah ditanam pada media BHIB.
3.    Inkubasi pada suhu 37oC 24 jam.
Hari II
1.    Koloni tersangka ditanam pada media Nutrient Agar (NA) plate.
2.    Inkubasi pada suhu 37oC 24 jam.
Hari III
1.    Koloni yang dicurigai ditanam pada media Nurient Agar (NA) tabung.
2.    Inkubasi pada suhu 37oC 24 jam.
Hari IV
1.    Specimen yang dicurigai ditanam pada media Blood Agar Plate (BAP).
2.    Inkubasi 24 jam suhu 37oC.
Hari V
1.    Koloni tersangka streptococcus di Blood Agar Plate dibuat preparat dan dicat gram dengan cara:
a)    Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b)    Dibebaskan objek Glass dari lemak dengan melewatkan di atas nyala api.
c)    Diteteskan NaCl 0,9% sedikit, di atas Objek Glass.
d)    Koloni Bakteri diambil dengan menggunakan ose, ambillah secara acak. Dan leyakkan di atas Objek Glass.
e)    Dibuat suspensi bakteri dengan mencampur NaCl 0,9 % dengan koloni bakteri, hingga homogen.
f)     Dikeringkan dan dilakukan fiksasi.
g)    Dilakukan pewarnaan ,diawali dengan menggunakan CGV selama 3-5 menit, kemudian bilas dengan air kran ( mengalir ).
h)   Ditetesi lugol selama 45 detik
i)     Didekolorisasi dengan alcohol selama 1-2 detik (dibilas).
j)      Dilakukan pewarnaan kedua dengan safranin selama 2-3 mrnit, kemudian dikeringkan.
k)    Ditetesi sediaan dengan oil emersi. Dan preparat siap diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif 100 kali.
2.    Kalau betul Gram (+) streptococcus, koloni yang sama ditanam untuk dites di media IMVIC, gula-gula, dan Urea.
3.    Inkubasi 24 jam suhu 37oC.
Hari VI
Dibaca dan dicatat hasil penanaman pada hari V untuk menentukan diagnose.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.   Hasil
1.    Media penyubur
a)    BHIB
  
b)    Nutrient  Agar Tabung





c)    Nutrient Agar Plate
2.    Pewarnaan gram
Hasil pewarnaan gram adalah Bakteri gram negatif (+) yaitu streptococcus gram positif (+).
3.    Isolasi
Blood Agar Plate (BAP)
 
Hasil penanaman pada media Blood Agar Plate (BAP)
Ciri-ciri koloni: Koloni kecil-kecil, putih abu-abu, bulat, jernih, smooth, sedikit cembung, haemolytis (ada zone jernih disekitar koloninya).
4.    Uji identifikasi
Uji Biokimia
§  Sulfur Indol Motility (SIM)
  
Sulfur Indol Motility (SIM) adalah media yang bersifat semi solid.
Sulfur (S): ada endapan hitam pada bekas tusukan (+).
Indol (I): ditambah 5 tetes indicator Covas. Terdapat cincin dipermukaan (+).
Motility (M): tampak awan-awan pada bekas tusukan dan ada kekeruhan (menyebar) dinyatakan(+)
§  Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
 
Triple sugar Iron Agar (TSIA) adalah media agar miring. Sifatnya Alkali-acid, H2S (-) karena tidak ada endapan hitam pada bekas tusukan, gas (+) terjadi pecahan pada media.
§  Simmon’s Citrat Agar (SCA)
 
Simmon’s Citrat Agar (SCA) adalah media agar miring. Hasilnya tidak ada perubahan warna atau media tetap berwarna hijau (-).


§  Urea
 
Urea merupakan media miring dan perubahannya yaitu warna media merah muda.
§  Methyl Red Voges Proskauer (MR-VP)
Methyl Red (MR)
    
Merupakan media cair. Methyl Red (MR): ditambahkan 5 tetes methyl red, media berwarna merah berarti (+).



Voges Proskauer (VP)
   
Voges Proskauer merupakan media cair. Ditambahkan 10 tetes  KOH 40% dan15 tetes α-naftol diamkan 10 menit. Hasilnya negative karena tidak berubah warna.
§  Gula-gula
Hasil pada media gula-gula yaitu glukosa, sukrosa, maltose,laktosa menunjukkan hasil (+), terjadi kekeruhan dan adanya gelembung udara pada tabung durham.


B.   Pembahasan
Media Pertumbuhan
Media adalah suatu bahan atau susunan bahan yang terdiri dari nutrisi atau zat-zat makanan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba (bakteri). Media pertumbuhan atau pembiakan diperlukan untuk mempelajari sifat bakteri untuk dapat mengadakan identifikasi, determinasi, atau diferensiasi jenis-jenis yang ditemukan.
Media pembiakan yang digunakan untuk mengembangbiakkan bakteri di laboratorium dapat dibedakan menjadi tiga yaitu; medium pembiakan dasar, medium pembiakan penyubur, medium pembiakan selektif, dan cara mendapatkan biakan murni.
1.    Media Pembiakan Dasar
Media pembiakan dasar adalah media pembiakan sederhana yang mengandung zat-zat yang umum diperlukan oleh sebagian besar mikroorganisme, dan dipakai juga sebagai komponen dasar untuk membuat medium pembiakan lain.
2.    Media Pembiakan Penyubur
Media ini dibuat dari media pebiakan dasar dengan penambahan zat-zat lain untuk mempersubur pertumbuhan bakteri tertentu, yang pada media pembiakan dasar tidak dapat tumbuh dengan baik. Untuk keperluan ini ke dalam media pembiakan dasar sering ditambahkan darah, serum, cairan tubuh, ekstrak hati, otak, dan sebagainya.
3.    Media Pembiakan Selektif
Media pembiakan selektif digunakan untuk menyeleksi bakteri yang diperlukan dari campuran dengan bakteri-bakteri lain yang terdapat dalam bahan pemeriksaan. Dengan penambahan zat-zat tertentu bakteri yang dicari dapat dipisahkan dengan mudah. Media pembiakan ini berdasrkan pada sifat kerjanya, dapat dibedakan dalam:
Medium pembiakan selektif dalam pemakaiannya diberi bermacam-macam bentuk yang sesuai dengan tujuannya, yaitu sebagai berikut:
a)    Bentuk media cair; Pada media cair, bahan-bahan gizi dilarutkan dalam air sehingga pertumbuhan bakteri ditandai dengan perubahan warna media menjadi keruh, semakin banyak bakteri tumbuh akan semakin keruh larutan.
b)    Bentuk media padat; Media padat dibuat dengan penambahan bahan pengeras (agar-agar atau gelatin) pada campuran bahan gizi dan air. Biasanya digunakan agarosa yang memiliki sifat cair pada suhu ≥ 95C tetapi berbentuk padat pada suhu dibawah 50C. Dengan kondisi inkubasi yang sesuai bakteri dapat tumbuh dan berkembang dalam jumlah yang banyak sehingga dapat dilihat tanpa menggunakan mikroskop (koloni). Pertumbuhan bakteri membentuk kelompok yang terdiri dari satu jenis bakteri yang disebut koloni, dengan kata lain dalam satu koloni adalah bakteri yang sama genus dan spesiesnya memiliki karakteristik gen dan fenotip yang sama. Pembiakan bakteri yang terdiri dari satu macam koloni yang seragam disebut dengan pembiakan murni.
Berikut bentuk-bentuk media padat:
o   Bentuk lempeng, dibekukan dalam pinggan petri.
o   Bentuk miring, dibekukan dalam keadaan miring dalam tabung.
o   Bentuk tegak, dibekukan dalam keadaan tegak dalam tabung. Bila konsentrasi agarnya dikurangi menjadi ½-¼ % menjadi medium setengah padat yang digunakan untuk pemeriksaan gerak bakteri.
4.    Cara Mendapatkan Biakan Murni
Untuk menegakkan diagnosis bakteriologis sebaiknya biakan bakteri berada dalam keadaan murni atau tidak tercampur dengan bakteri-bakteri lain. Biakan murni diperlukan untuk mempelajari cirri-ciri koloni, sifat-sifat biokimia, morfologi, reaksi pengecatan, reaksi imunologi, dan kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri.
Isolasi Bakteri
Di alam populasi mikroba tidak terpisah sendiri menurut jenisnya, tetapi terdiri dari campuran berbagai macam sel. Oleh karena itu, dalam mempelajarinya, bakteri harus diambil dari alam lalu diisolasikan dalam suatu biakan murni. Di dalam laboratorium populasi bakteri ini dapat diisolasi menjadi kultur murni yang terdiri dari satu jenis yang dapat dipelajari morfologi, sifat dan kemampuan biokimiawinya. Biakan murni adalah biakan yang hanya berisi 1 jenis bakteri.
Ada berbagai cara untuk mengisolasi bakteri dalam biakan murni yaitu, cara pengenceran, cara penuangan, cara penggesekan atau penggoresan, cara penyebaran, cara pengucilan 1 sel, dan cara inokulasi pada hewan. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Cara Penggoresan
Cara penggoresan bertujuan bertujuan untuk mengisolasi mikroorganisme dari campurannya atau meremajakan kultur ke dalam medium baru. Isolasi bakteri dengan cara ini terbagi menjadi tiga yaitu goresan sinambung, goresan T, goresan kuadran (streak quadrant). Tapi yang digunakan yaitu goresan T dengan cara:
Bagi cawan menjadi 3 bagian menggunakan spidol marker.
-       Ambil 1 ose suspensi bahan  yang mengandung bakteri atau campuran bakteri secara aseptik.
-       Inokulasi daerah 1 dengan streak zig-zag
-       Panaskan ose dan tunggu dingin, kemudian lanjutkan streak zig-zag pada daerah 2 (streak pada gambar). Cawan diputar untuk memperoleh goresan yang sempurna
-       Lakukan hal yang sama pada daerah 3.
Media isolasi yang digunakan yaitu Blood Agar Plate (BAP). Ciri-ciri koloni yang didapat pada media tersebut adalah Koloni kecil-kecil, putih abu-abu, bulat, jernih, smooth, sedikit cembung, haemolytis (ada zone jernih disekitar koloninya).
Pewarnaan Gram
Pengecatan gram pertama kali dikemukakan oleh Christian Gram (1884). Dengan pengecatan ini film bakteri mula-mula dilapisi dengan larutan zat warna CGV dan didiamkan beberapa lama, kemudian disiram dengan larutan iodium dan dibiarkan terendam dalam waktu yang sama. Sampai tingkat pengecatan ini selesai, semua bakteri akan berwarna ungu.
Selanjutnya, preparat didekolorisasi dengan alcohol atau campuran alcohol dan aseton sampai semua zat warna tampak luntur dari film. Setelah dicuci dengan air, preparat diberi warna kotras (counterstain) seperti safranin, karbolfucsin encer, air fuchsin, tengguli Bismack, atau pironin B.
Diantara bermacam-macam bakteri yang dicat, ada yang dapat menahan zat warna ungu (CGV) dalam tubuhnya meskipun telah didekolorisasi dengan alcohol atau aseton. Dengan demikian tubuh bakteri itu tetap berwarna ungu meskipun disertai dengan pengecatan oleh zat warna kontras, warna ungu itu tetap dipertahankan. Bakteri yang member reaksi semacam ini disebut bakteri Gram Positif. Sebaliknya, bakteri yang memberi tidak dapat menahan zat warna setelah dekolorisasi dengan alcohol akan kembali menjadi tidak berwarna  dan bila diberikan pengecatan dengan zat warna kontras, akan berwarana sesuai dengan zat warna kontras (air Fuchsin berwarna merah). Bakteri yang memperlihatkan reaksi semacam ini dinamakan bakteri Gram Negatif.
v  Pewarnaan :
Pewarnaan Gram dilakukan untuk mengetahui apakah bakteri bersifat  Gram positif atau Gram negatif. Hasil dari pewarnaan Gram yang telah dilakukan terlihat bahwa bakteri berwarna biru. Hal ini menandakan bahwa bakteri tersebut bersifat Gram positif. Pada pewarnaan  Gram bakteri terlihat berbentuk streptococcus gram positif dan berwarna biru.
Bakteri Gram positif akan berwarna biru, hal ini dikarenakan oleh bakteri mempunyai lapisan dinding sel yang kaku dengan lapisan peptidoglikanyang terdiri dari 30 lapisan. Permeabilitas dinding sel bakteri gram positif yang rendah mengakibatkan kompleks ungu Kristal-yodium (UKY) tidak dapat keluar setelah pencucian dengan alkohol. Kandungan lipid Gram positif yang rendah, maka dinding selnya akan terhidrasi akibat pemberian alkohol, sehingga pori-pori mengecil, permeabilitas berkurang dan komplek UK-Y tidak dapat terekstraksi, sedangkan
Bakteri Gram negatif  akan terlihat berwarna merah, hal ini dikarnakan oleh bakteri Gram negatif mempunyai lapisan peptidoglikan yang tipis, yaitu hanya 1-2 lapisan. Oleh sebab itu, maka pori-pori pada dinding sel Gram negatif cukup besar dan karena permeabilitasnya yang tinggi memungkinkan terjadinya pelepasan komplek ungu kristal yodium. Dalam proses pewarnaan Gram, pencucian dengan alkohol akan menyebabkan terekstrasinya lipid pada bakteri Gram negatif. Hal ini menyebabkan komplek ungu kristal yodium yang telah memasuki dinding sel pada langkah awal pewarnaan dapat terekstraksi.
Identifikasi bakteri
Proses identifikasi bakteri dapat perupa pengecatan, penanaman pada media plate, dan uji bio kimia. Salah satu tujuan pengecatan bakteri untuk mengetahui bentuk morfologi bakteri namun pada pengecatan belum bisa pastikan spesiesnya karena spesies yang berbeda bentuk morfologinya bisa sama. Penanaman pada media plate bertujuan untuk melakukan isolasi dan dari penanaman dapat diketahui bentuk koloni.
Media diferensial adalah media yang mengandung suatu bahan yang dapat membedakan jenis bakteri satu dengan lainnya berdasarkan sifat biokimia/hasil reaksinya terhadap bahan dalam media tersebut. Media ini digunakan oleh ahli mikrobiologi untuk mengidentifikasi jenis bakteri tertentu.
v  Media Differensial dan Uji Biokimia :
·         Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
Pada pengamatan, terlihat lereng yang berwarna merah sedangkan dasarnya berwarna kuning (alkali-acid). Hal ini menandakan bakteri yang tumbuh pada media ini hanya mampu memfermentasi glukosa (bagian dasar) dan tidak mampu memfermentasi laktosa dan sukrosa (bagian lereng).
Pada media TSIA, hasil positif juga dapat ditunjukkan dengan perubahan warna media TSIA menjadi warna hitam. Perubahan ini menandakan bahwa bakteri yang terdapat pada media TSIA tersebut menghasilkan gas H2S.
·         Simmon’s Citrat Agar (SCA)
Uji Simmon’s Citrat Agar digunakan untuk melihat kemampuan mikroorganisme menggunakan citrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Media ini merupakan medium sintetik dengan NA citrat sebagai satu-satunya sumber karbon, NHA+ sebagai sumber N dan Brom Thymol Blue sebagai indikator pH. Pada uji ini menunjukkan reaksi negative. Hal ini ditandai dengan tidak adanya perubahan warna media dari hijau tetap hijau. Ini karena dasar dari medium tidak mampu dihilangkan sehingga tidak terjadi peningkatan pH yang nantinya akan menambah warna media dari hijau menjadi biru bila keadaan menjadi alkalin.
·         Sulfur Indol Motility (SIM) :
-       S (sulfur). Adanya sulfur dapat dilihat ketika media berubah menjadi hitam. Namun pada hasil pertumbuhan bakteri pada media ini, terjadi perubahan warna tersebut. Hal ini menandakan bakteri yang tumbuh mampu mendesulfurasi cysteine yang terkandung dalam media SIM.
-       I (indol). Reaksi indol hanya bisa dilihat ketika pertumbuhan bakteri pada media ini ditambahkan dengan reagen Covac’s. Indol dikatakan positif jika terdapat cincin merah pada permukaannya. Warna merah dihasilkan dari resindol yang merupakan hasil reaksi dari asam amino tryptopan menjadi indol dengan penambahan Covac's. Bakteri yang mampu menghasilkan indol menandakan bakteri tersebut menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbon. Pada hasil pengamatan diperoleh Indol positif sehingga dapat disimpulkan bakteri yang tumbuh menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbonnya.
-       M (motility). Pergerakan bakteri dapat terlihat pada media ini berupa berkas putih di sekitar tusukan. Adanya pergerakan ini bisa dilihat karena media SIM merupakan media yang semi solid. Pada hasil pengamatan diperoleh motility positif. Hal ini menandakan bakteri mempunyai alat gerak dalam proses pertumbuhannya.


·         MR-VP
Uji MR yang telah dilakukan, diperoleh hasil yang positif yaitu ditandai dengan terjadinya perubahan warna indikator menjadi merah. Genus bakteri seperti bakteri Escherichia, Salmonella, proteus dan Aeromonas mampu mempermentasikan glukosa dan menghasilkan banyak sekali asam laktat, asetat, suksina dan format di samping CO­­2, H2 dan etanol. Akumulasi asam-asam ini menurunkan pH sampai 5,0 atau kurang. Bila indikator merah metil ditambahkan pada biakan tersebut dengan pH serendah itu, maka indikator tersebut menjadi merah. Hal ini manandakan bahwa organisme yang bersangkutan adalah peragi asam campuran (mixed acid fermenter).
MR (Methyl Red)
Setelah ditambahkan dengan indicator metil red, media berubah menjadi merah (positif). Berarti terjadi fermentasi asam campuran (asam laktat, asam asetat, dan asam formiat) oleh bakteri.
VP (Voges Proskauer)
Setelah ditambahkan dengan KOH 40%  10 tetes dan 15 tetes α-naftol diamkan 15 menit, media tidak berubah.
·         Gula-gula
Media ini berfungsi untuk melihat kemampuan bakteri memfermentasikan jenis karbohidrat, jika terjadi fermentasi maka media terlihat berwarna kuning kerena perubahan pH menjadi asam.
Uji gula-gula dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri yang mampu mempermentasi karbohidrat. Pada uji glukosa, maltosa tidak terjadi perubahan warna, tetapi terlihat adanya pembentukan gelembung gas. Pada uji laktosa dan sukrosa memperlihatkan hasil yang positif yaitu terjadinya perubahan warna dan terlihat adanya pembentukan gelembung gas pada tabung Durham. Perubahan warna yang terjadi menandakan bahwa bakteri ini membentuk asam dari fermentasi glukosa. Pembentukan gelembung gas yang terjadi pada tabung Durham disebabkan oleh adanya reaksi fermentasi karbohidrat.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.   KESIMPULAN
Media adalah suatu bahan atau susunan bahan yang terdiri dari nutrisi  (zat-zat makanan) yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri. Penanaman dan isolasi bakteri pada media dilakukan bertujuan untuk memudahkan dalam mempelajari morfologi, sifat dan kemampuan biokimiawinya. Merapatkan goresan pada saat memulai penggoresan bertujuan agar dapat menghasilkan koloni bakteri yang tidak menumpuk. Pewarnaan gram dlakukan untuk menentukan morfologi dan sifat dari bakteri yang di ambil dari koloni bakteri.
Proses identifikasi bakteri dapat perupa pengecatan, penanaman pada media plate, dan uji bio kimia. Salah satu tujuan pengecatan bakteri untuk mengetahui bentuk morfologi bakteri namun pada pengecatan belum bisa pastikan spesiesnya karena spesies yang berbeda bentuk morfologinya bisa sama. Penanaman pada media plate bertujuan untuk melakukan isolasi dan dari penanaman dapat diketahui bentuk koloni.
Media diferensial adalah media yang mengandung suatu bahan yang dapat membedakan jenis bakteri satu dengan lainnya berdasarkan sifat biokimia/hasil reaksinya terhadap bahan dalam media tersebut. Media ini digunakan oleh ahli mikrobiologi untuk mengidentifikasi jenis bakteri tertentu.
B.   SARAN
Adapun saran yang ingin disampaikan praktikan melalui laporan adalah sebagai berikut :
1.    Diharapkan  didalam praktikum,praktikan harus menggunakan APD lengkap.
2.    Menggunakan alat-alat yang steril dan bersih.
3.    Memperhatikan reagen yang akan digunakan.masih dapat diguanakan atau suadah rusak.
4.    Menghindari terjadinya kontaminasi.
5.    Mengikuti aturan praktikum.


DAFTAR PUSTAKA




Tidak ada komentar:

Posting Komentar